Penyerangan FPI terhadap AKK-BB dapat dikatakan sebagai tindakan yang wajar. Asumsi ini disandarkan kepada siapa yang pertama kali yang meyulut api. Saat melakukan orasi anggota AKK-BB memancing kemarahan dengan mengatakan “FPI laskar setan” dan ucapan sarkasme lainnya. Selain itu kemarahan FPI semakin terbakar ketika anggota AKK-BB mengeluarkan senjata dan menembakkan ke udara.

Kebanyakan media hanya mengekspos kejadian puncak, saat terjadi pemukulan yang dilakukan FPI. Rekaman itu disiarkan berulang-ulang di beberapa stasiun televisi. Tentu saja, reaksi yang muncul bertambah bencinya masyarakat atas aksi-aksi yang dilakukan FPI.

Tulisan ini tidak hendak melakukan pembelaan terhadap FPI. Namun, sebagai manusia yang cerdas, kita mesti melihat persoalan secara komprehensif. Kita harus memilah suatu fakta dengan merujuk pada apa penyebabnya, kemudian harus ada penyampaian data dari berbagai versi beserta penyerahan bukti (FPI, AKK-BB dan saksi yang berada di dekat kejadian), kemudian proses penyesuain data dari masing-masing pihak, setelah itu barulah merujuk pada ideologi yang dibawa oleh masing-masing kelompok.

Pengambilan kesimpulan yang serta merta langsung mengerucut kepada term “Islam tidak mengenal kekerasan”, adalah tindakan terburu-buru yang mereduksi fakta-fakta yang ada. Meskipun FPI mengusung simbol-simbol Islam, namun kita harus meletakkan kelompok ini sebagai komunitas massa objektif yang juga memiliki sifat marah jika diejek.

Mungkin kita hanya tersenyum sinis ketika melihat ketidaksabaran yang berujung kepada tindakan anarkis. Namun, kita juga mesti memahami dalam kondisi yang emosional, di tengah terik semangat yang mengebu-gebu, seringkali kesabaran dan rasionalitas memudar. Hal inilah yang tidak diperhatikan oleh AKK-BB yang sengaja membangkitkan kemarahan FPI dengan tindakan arogan menggunakan senjata api.

Jangankan FPI, seorang intelektual, anggota DPR bahkan Presidenpun ketika disulut emosinya, akan marah dan melakukan tindakan yang pada kondisi normal akan kita nilai sebagai tindakan yang berlebihan. So, marilh kita ikuti kelanjutan cerita ini dengan jernih…