Selesai sholat Magrib tadi, ku coba buka lagi milis Rantau Net yang belakangan tidak terlalu intens ku ikuti. Ada berita duka, seorang anggota Milis yang pernah jadi Reporter SCTV meninggal dunia. Beliau seorang cewek yang masih muda, lulusan SMA tahun 1996. Dalam surat yang ditulis oleh sang pengirim berita lelayu, dicantumkan alamat blog Uni (panggilan kakak perempuan dalam bahasa Minang) yang barusan dipanggil Allah itu.

Lansung saja ku buka link yang tertera. Sejenak ku baca postingan terakhir oleh sang Almarhumah. Sedikit aku tahu tentang sosok ini. Postingan terakhirnya adalah hendak menyampaikan kegelisahan yang menderanya dalam siklus 4 tahunan.

Yang terbetik dalam pikiran saya, bukanlah penyesalan kenapa Uni itu meninggal saat masih muda. Karena “mumbang jatuh, kelapa jatuh” kata pepatah orang kampung saya. Ajal tak mengenal muda atau tua. Kalau sudah tiba waktunya, tak dapatlah kita mengelak hatta 1 detikpun. Tapi yang muncul adalah pertanyaan kenapa sampai hari ini saya masih rajin ngeblog. Kalau mencari popularitas, kayaknya sampai ini belum juga tercapai. Karena target pengunjung 1000/hari belum juga bisa saya tembus. Kalau ingin menjadi penambah semangat, ya g juga. Pas malas ya ngak posting-posting.

Akhirnya setelah saya renungkan, terbesitlah sebuah jawaban yang saya rasa mampu membuat saya terus berkutat dengan kemajuan teknologi ini. Biarkanlah Blog ini menjadi garisan jejak sejarah hidup. Baik suka dan duka yang saya lalui tergores dalam lembaran ini. Hingga pada suatu ketika, saat Malaikat Maut diperintahkan Allah untuk mencabut nyawa di raga ini, ada sebuah bingkisan yang saya persembahkan buat orang-orang yang mencintai saya. Meski saya tak tahu siapa saja mereka. Namun, hanya ini yang mampu saya berikan. Paling tidak mereka bisa mengenang saja lewat coretan yang pernah terlukis di sini.

Izinkanlah di sini saya menguriskan jejak sejarah. Dan Biarkanlah orang yang akan menilai, apakah saya seorang pecundang atau seorang pemenang…