Menulislah Dengan Hati, Bukan Mencari Sensasi  

Diposting oleh greata

Saya kembali teringat kata-kata yang disampaikan pakar Psikologi Pendidikan dan Penulis Buku Motivasi, Fauzil Adhim pada saat seminar “Trik Menjadi Penulis Sukses” sekitar 3 tahun yang lalu. Dalam kesempatan itu beliau menyampaikan, “Betapa banyak bacaan, artikel, dan buku yang beredar saat ini tak lebih dari sampah yang tak layak untuk dikonsumsi”.

Pertimbangan ingin mencapai popularitas dengan menulis merupakan suatu hal alamiah bagi manusia. Ini adalah potensi dasar manusia yang memang cendrung egoistik dalam menunjukkan eksistensi dirinya. Namun, sikap ini akan bergerak tak tepat, jika untuk mencapai kepopuleran dengan melakukan hal-hal yang tidak tepat. Sudah sering kita mendengar pepatah Arab, “Barang siapa yang ingin terkenal, kencingilah sumur zam-zam.” Ternyata ungkapan ini telah menjadi inspirasi banyak orang untuk menjadikan dirinya selebritis baru. Mungkin Salman Rusdie dengan “Satanic Verses” dan Iip Wijayanto dengan publikasi “99,7 % Mahasiswa Jogja Tidak Perawan” bisa kita masukan dalam kategori ini”

Aktivitas menulis adalah upaya intelektual untuk menyampaikan informasi dan mudah-mudahan pencerahan bagi pembaca. Meskipun seorang filsuf Barat mengatakan, “Pandangan baru yang berbeda dari pandangan sebelumnya tidak elegan jika disikapi dengan pemberangusan. Karena melalui pandangan yang kontra itulah, orang akan mengetahui letak kesalahan dan menguji kekuatan pandangan yang telah ada”, namun ketika tulisan yang kita sampaikan akan semakin membuat resah masyarakat berarti ada spirit yang tidak tersampaikan yaitu, aspek kemanfaatannya.

Pilihan tentunya ada di tangan kita, mau menulis dengan baik dan inspiratif atau menulis ngawur demi popularitas sesaat. Karya yang ditulis dengan niat yang baik, dilandasi argumentasi ilmiah, dikerjakan secara serius demi kemanfaatan orang banyak, niscaya akan abadi. Sedangkan tulisan demi popularitas, tanpa kajian ilmiah yang ketat, hanya ingin menciptakan sesuatu yang berbeda sebagai sebuah kontroversi, pada akhirnya akan menjadi sampah di tengah deretan karya emas monumental sepanjang zaman.

This entry was posted on 21.45 . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar