1. Mahad Az Zubair bin Al Awwam

Putra Kuliah di Di kampus UMSB
Jl. Pasir Kandang No. 4 Padang

Putri Kuliah di Gedung Aisyiyah
Jl. S Parman Padang

Keterangan:

Asian Muslim Charity Foundation (AMCF) bekerjasama dengan PW Muhammadiyah Sumatera Barat dan Univ. Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB)merencakan pembukaan Ma’had bahasa Arab dan Studi Islam. Menurut Firmansyah, Manager AMCF kepada muhammadiyah.or.id (kamis, 17/01/2008), Ma’had ini akan diberi nama Ma’had Az Zubair bin Al Awwam UMSB.

Menurut Firmansyah, Ma’had yang nantinya akan berada di komplek kampus UMSB ,Jalan Pasir Kandang no 4 Koto Tangah Padang ini, menerima mahasiswa syarat adalah lulusan SMA atau sederajat. Alumni dari Ma’had ini diharapkan akan menguasai bahasa arab aktif, baik lisan maupun tulisan serta mempunyai dasar-dasar keilmuan dirosah islamiyah. Selanjutnya, alumni Ma’had ini berkesempatan untuk meneruskan studi lanjut ke perguran tinggi luar negeri khususnya di timur tengah, LIPIA di Jakarta, maupun konversi ke fakultas Agama Islam di perguruan tinggi di Indonesia. “Semoga pembukaan ma’had in dapat bermanfaat untuk ummat Islam, khususnya untuk menyemarakkan dakwah Islam di Indonesia” harap Firmansyah.

Lebih lanjut Firmansyah mengatakan bahwa saat ini AMCF dan UMSB sedang mempersiapkan berbagai perangkat baik sistem manajemen dan juga rekruitmen tenaga edukatif maupun non edukatif . “Saat ini dibuka lowongan kepada khalayak untuk mendaftar sebagai karyawan, kalau bisa dari kalangan Angkatan Muda Muhammadiyah” ungkap Firmansyah kemudian. (Sumber: http://muhammadiyah.or.id)

Sekolah ini Gratis, bekerjasama dengan Aisyiyah dan UMSB ( Universitas Muhammddiyah Sumatera Barat). Diampu olehDosen Lulusan Timur Tengah. (Sumber: Milis Rantaunet)

2. Mahad Al Madani

Alamat: Jl. Cendrawasih Padang

Pengajar: Dosen dengan Sertifikasi dari Mahad Al Hikmah Jakarta

Terbuka untuk putra dan putri

3. Sekolah Tinggi Ilmu Qur’an

Alamat: Jati Padang

Keterangan:

Khawatir Kehilangan Ulama STAI-PIQ Sumbar Didirikan

Merasa risau dengan semakin berkurangnya kader ulama dan qari-qariah, tokoh-tokoh Sumatra Barat mendirikan Sekolah Tinggi Agama Islam Pengembangan Ilmu Al Qur’an (STAI-PIQ).

SIANG tengah hari bolong di kala udara panas Kota Padang Senin silam membakar kulit, sayup-sayup terdengar lantunan ayat-ayat suci Alquran. Semakin dekat, lantunan kalam Ilahi semakin merdu, sehingga membuat suasana menjadi sejuk.

Di salah satu ruangan kelas, seorang mahasiswa sedang khusyuk membaca Alquran ukuran saku. Laki-laki yang memakai baju warna putih dan celana hitam bernama Muhammad,25, mahasiswa Sekolah Tinggi Agam Islam Pengembangan Ilmu Al-Qur’an (STAI-PIQ) Sumatra Barat (Sumbar) yang berkedudukan di Jalan Abdulah Ahmad No 2 Kota Padang.

Kegiatan sehari-hari Muhammad dan mahasiswa lainnya membaca Alquran. Bacaan ini kemudian harus dihafal, karena menghafal kitab suci menjadi kewajiban mahasiswa Perguruan Tinggi Islam (PTI) tersebut.

STAI-PIQ ini memiliki dua program khusus, yaitu program Strata 1 (S-1) dengan tiga jurusan.

Pertama Hifzhul/Fahmul Qur’an. Program ini merupakan jurusan yang secara khusus membina mahasiswa hafal Alquran 30 juz. Jurusan ini diharapkan dapat melahirkan para hafiz dan hafizah (penghafal) 30 juz dan sekaligus memahami maksud ayat. Bagi yang mengambil jurusan tersebut untuk bisa menjadi sarjana harus hafal 30 juz, jika tidak, jangan harapkan wisuda.

Kedua, Tafsir Hadis, jurusan ini disamakan dengan jurusan Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang. Jurusan ini bertujuan mempersiapkan sarjana muslim yang menguasai seluk-beluk tafsir dan hadis. Mahasiswa yang mengambil jurusan ini harus hafal 10 juz.

Ketiga, Pendidikan Agama Islam (PAI), jurusan ini juga disamakan dengan jurusan Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang. Diadakan jurusan tersebut guna membina mahasiswa menjadi tenaga pendidik yang dibekali dengan ilmu-ilmu kependidikan dilengkapi dengan ilmu Alquran. Menjadi sarjana harus hafal minimal 10 juz Alquran. Program D-2, program PAI plus Alquran.

Jurusan ini diharapkan dapat melahirkan tenaga pengajar/guru agama Islam di sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiah (MI). Program ini mempelajari tafsir, ilmu-ilmu Alquran, Nagham Alquran, Qira’at Alquran, Tajwid, Hifzhul Alquran. Mereka dibebankan menguasai minimal satu juz ayat Alquran untuk bisa wisuda.

Jumlah mahasiswa saat ini tidak sebanyak perguruan tinggi lain, mereka hanya memiliki 216 orang. STAI-PIQ agaknya mengutamakan kualitas bukan kuantitas.

Ketua STAI-PIQ Amirsyahruddin didampingi Kepala Tata Usaha (KTU) Parlaungan Siregar mengatakan, keberadaan PTI ini dilatarbelakangi kekhawatiran tokoh-tokoh agama, adat dan pemerintah terhadap kelangkaan kader-kader ulama. “Apalagi Sumbar selama ini dikenal dengan falsafahnya Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah (ABSBK),” ujar Amirsyahruddin kepada Media. Falsafah itu artinya adat bersendikan agama (Islam), agama bersendikan Alquran.

Selain khawatir dengan sulitnya kader ulama, juga khawatir dengan hilangnya penghafal Alquran dan dan pengajar Alquran di tengah masyarakat.

Awalnya STAI-PIQ berdiri pada 1 September 1981 dengan nama Akademi Ilmu Alquran (AIQ). Pendirinya adalah Azwar Anas, Datuk Penghulu Kayo (alm), Karseno, Rustam Ibrahim, Djalaluddin (alm) dan Hasan Basri Durin. Pada 1988 ditingkatkan menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Alquran (STIQ), kemudian 1994 dikembangkan menjadi STAI-PIQ Sumbar.

Berbagai kekhawatiran yang dirasakan oleh tokoh-tokoh Sumbar semakin nyata ketika pada 1983, kata Amirsyahruddin dilangsungkan acara Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat nasional di Padang.

“Pemerintah provinsi terpaksa mengambil qari dan qariah dari Palangkaraya. Sebab, Sumbar kurang memiliki qari-qariah andal,” tuturnya.

Sejak itulah, katanya, Gubernur Sumbar Harun Zen bersungguh-sungguh memerhatikan STAI-PIQ. “Sumbar tidak ingin kehilangan ulama dan qari-qariah,” tandasnya.

Saat ini lulusan dari STAI-PIQ telah mencetak nama di tingkat nasional, misalnya Gazali alumni STAI-PIQ pernah mendapat juara dua tingkat nasional hifzhul qur’an (hafalan Alquran). STAI-PIQ telah melahirkan 288 sarjana yang kini berada di seluruh Indonesia dan Malaysia.

Alumni STAI-PIQ sangat besar perannya di tengah masyarakat, selain menjadi dai/mubalig, mereka juga menjadi imam masjid, tenaga pengajar dan menjadi pegawai di Departemen Agam. (Sumber: Milis Rantau Net)